Ibu dan Sebuah Koper

Hasil gambar untuk Ibu
Photo by here

Seorang anak tiba-tiba mendatangi ibu yang baru saja pulang dari kantor “Bu, aku tanggal 3 Desember nanti mau pergi study tour ke Jakarta, ini surat edaran dari sekolah bu” Sambil sang anak menyerahkan surat edaran yang dikasih dari sekolah.

Sang ibu yang sangat lelah baru saja pulang dari kantor dan melewati kemacetan membuka perlahan surat itu, seketika sang ibu terkejut dengan harga yang harus dibayar untuk study tour ke Jakarta selama 1 minggu itu total ia harus membayar sekitar Rp. 4,3 juta untuk study tour itu.

Sang anak lalu nyeletuk “Bu, aku bolehkan ikut ini? Ayolah bu aku pengen jalan-jalan sama temen sebelum perpisahan sekolah nanti” Ibu yang tidak tega melihat anak berkata seperti itu, lalu menjawab “Ya sudah, kamu ikut aja, uangnya nanti ibu kasih ke kamu” Lalu si anak dengan gembira “Terima kasih bu!”

Keesokan harinya, TIba-tiba si anak telfon ibunya “Bu, aku kan mau study tour, tapi aku ga punya koper. Nanti sepulang dari kantor ibu beliin ya” dengan nada yang sangat enteng si anak meminta untuk dibelikan koper hanya untuk study tour itu tanpa memikirkan harga koper yang saat itu cukup mahal. Padahal, sang anak bisa membawa bajunya dengan beberapa tas ransel, tanpa harus memakai koper (Walaupun kalau pakai koper memang lebih ringkas).

Sekitar jam 1 siang jam istirahatpun tiba, sang ibu bergegas menuju pertokoan untuk melihat koper dan kebetulan ada koper dengan harga 300 ribu. Dengan sedikit berfikir, sang ibu akhirnya mengambil koper itu yang kemudian ia bawa ke kantornya terlebih dahulu, karena kalau ia bawa pulang saat itu juga ia pasti akan telat balik ke kantor.

Jam pulang kantorpun tiba, terlihat cuaca mendung. Sang ibu sedikit cemas, bagaimana ia harus membawa koper ini sementara ia hanya naik sepeda motor lamanya berwarna merah kombinasi hitam yang sering ia gunakan. Ibu kemudian bertanya sama teman sekantornya “Mas Andi, saya kalau bawa koper ini terus saya taruh didepan bisa ga ya?” dengan nada yang sedikit bingung. “Wah, jangan bu! Kalau ibu taruh didepan bahaya, nanti ibu bakal kesulitan kalau belok, karena stang motor ibu kehalang sama koper ini yang besar ini.” Begitu saran Mas Andi. “Atau lebih baik, ibu taruh aja dibelakang sambil diikat” lanjutnya. “Tapi saya ga bisa ikat barang sebesar ini Mas” jawab sang ibu yang makin terlihat bingung diwajahnya cara bawa koper sang anak.

“Kalau gitu pakai tali rafia aja, saya bantu bu” akhirnya Mas Andi pun membantu sang Ibu mengikat koper di motornya. Seketika, sedikit lega terlihat diwajah sang ibu.

Selama perjalanan pulang sang ibu terus berharap jangan sampai hujan. Karena kalau hujan ia akan kesulitan bawa koper ini. Hingga akhirnya ia tiba dirumah dan’ langsung memberikan koper itu ke anaknya tanpa bercerita perjuangannya dia dari mulai beli sampai koper itu berada di tangan anaknya.

Epilog:

Apakah si anak tau bagaimana sang ibu yang bingung untuk bawa koper hingga sampai dirumah? Tidak.

Apakah si anak tau, bagaimana usaha sang ibu untuk membeli koper dengan harga yang sedikit mahal? Sementara si anak hanya meminta tanpat memikirkan berapa biaya yang harus dibayar? Tidak.

Apakah si anak tau, kalau selama perjalanan pulang ibunya berharap jangan turun hujan agar tidak semakin sulit membawa koper hingga sampai dirumah? Tidak.

Dari kisah singkat diatas setidaknya kita tahu, selalu ada usaha yang diberikan orang tua kalau kita meminta keperluan kepada mereka. Walaupun terkadang kita tidak sadar kalau kita hanya bisa meminta tanpa memikirkan bagaimana usaha yang dilakukan orang tua kita untuk memberikan keperluan yang kita butuhkan.

Lalu sudahkah kita memberikan balasan kepada orang tua kita yang sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk kita sebagai anak? Jawablah dalam hati kalian.

Bersyukurlah kepada kalian yang masih bisa memberikan balasan pada orang tuanya. Meskipun setiap usaha yang orang tua kita lakukan tidak akan pernah terbalaskan oleh apapun. Lakukan dan berikan yang terbaik selagi kita masih bisa diberikan kesempatan untuk berbakti pada orang tua kita.

===================


*) Cerita diatas aku tulis karena terinspirasi dari usaha Bu Erna (Salah satu karyawan DFS Bali Gelleria) yang membelikan koper untuk anaknya yang akan study tour ke Jakarta.

Post a Comment

Previous Post Next Post